in

Periode kedua Jokowi : Ibu Kota Baru, Harapan Baru

Pemindahan Ibu Kota sebuah keputusan yang sangat berani dan monumental

Opini – Salah satu  konsentrasi agenda kerja Presiden Jokowi priode kedua,  tentu saja soal pemindahan ibu kota baru. 

Sebuah keputusan yang menurut saya, berani dan monumental dari bapak presiden yang menarik tanggapan dan wacana publik secara luas. 

Apa yang dicanangkan oleh bapak presiden tentu harus kita sambut positif, karena pemindahan ibu kota baru ke Kalimantan Timur  yakni kabupaten Paser Penajam Utara dan Kutai Kartanegara  juga bermakna harapan baru untuk mewujudkan pemerataan pembangunan, bukan lagi berpusat pada Jakarta centris atau Jawa sentris tapi Indonesia sentris.

Tentu kita menyambut baik keberanian pemerintahan ini, sebagai upaya mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan. 

Sebagai anggota DPR-RI dari wilayah timur Indonesia, bagi saya ada tiga catatan penting dalam menyambut agenda kerja Jokowi-Ma’ruf periode kedua yang segera akan dilantik. 

Pertama, harapan bagi  percepatan pembangunan infrastruktur. Tentu saja pemindahan ibu kota berkonsekuensi akan persiapan infrastruktur. 

Sulawesi Tengah sebagai daerah yang berhadapan langsung dengan calon ibu kota baru tentu akan bergeliat ketika infrastruktur di Paser Penajam dan Kutai Kartanegara akan dibangun, misalnya untuk kebutuhan material seperti pasir, kerikil dan kebutuhan lain Sulawesi Tengah adalah lumbung bagi calon ibu kota baru tersebut. 

Kedua, pemerataan ekonomi dan konektivitas bagi pusat pertumbuhan baru. Kehadiran ibu kota baru akan melahirkan beragam industri baru dan strategis yang lahir akibat daya tarik ibu kota negara. 

Mulai dari industri jasa, sampai industri ritel akan terbangun, karena kehadiran ibu kota baru akan diikuti dengan mobilisasi orang. Sehingga kita butuh pembangunan wilayah sekitar ibu kota baru baik pelabuhan, transportasi darat yang terkoneksi antar pulau sekitar pusat pemerintahan. 

Ketiga, SDM. Saya adalah bupati dua priode yang membangun sebuah kampung kecil yang kini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Indonesia yakni kabupaten Morowali dari sebuah daerah yang tidak dikenal, kini menjadi pusat  pengolahan nikel bahkan industri  baterai Asia. 

Pengalaman saya yang paling utama dalam pembangunan selain kapasitas pembiayaan juga adalah ketersediaan SDM itu sendiri, karena ibu kota baru pasti akan mendorong daya serap tenaga kerja yang besar. 

Jika SDM kita tidak siap, maka efek langsung dari kehadiran pembangunan tidak akan terasa di tengah masyarakat. 

Untuk itu, momentum awal pemerintahan mestinya sudah harus mulai berpikir mempersiapkan sumberdaya manusia yang siap, sebelum pada akhirnya ibu kota negara benar- benar pindah. 

*Penulis

Drs. Anwar Hafid, M.si 

Anggota DPR-RI F.PD

Demokrat Sebut BPJS Tidak Pro Kepada Rakyat Miskin

Komisi IX: Rapat Dengar Pendapat BPJS Kesehatan bersama KEMENKES